TanyaBolehkah menyombongkan diri terhadap orang-orang kafir? ~A.Muis Muallim @AMuisM Jawab: Akhi fillahKepada siapa pun, kita dilarang sombong, baik kepada non-Muslim apalagi kepada sesama Muslim. Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka
JAKARTA - Penyakit sombong atau angkuh atau arogan bisa menghapus seluruh jejak kebaikan dan kesholehan. Sombong adalah dosa yang sangat buruk, yang dapat merusak amalan agama kita. Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali yang dikenal sebagai Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin menjelaskan, penyakit sombong langsung menyerang keyakinan kita. Jika penyakit angkuh sudah berurat-berakar di hati kita, maka penyakit sombong itu sulit disembuhkan lagi, dan dampaknya akan ke mana-mana. وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ Ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir. QS Al-Baqarah 34. Paling sedikit, ada empat bahaya yang ditimbulkan oleh sifat sombong terhadap pelakunya. Pertama, orang sombong atau angkuh terhalang dari kebenaran. Hatinya buta dan tidak mampu melihat ayat-ayat Allah SWT dan tidak memahami hukum-hukum-Nya. سَأَصْرِفُ عَنْ ءَايَٰتِىَ ٱلَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِى ٱلْأَرْضِ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ وَإِن يَرَوْا۟ كُلَّ ءَايَةٍ لَّا يُؤْمِنُوا۟ بِهَا وَإِن يَرَوْا۟ سَبِيلَ ٱلرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا وَإِن يَرَوْا۟ سَبِيلَ ٱلْغَىِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا وَكَانُوا۟ عَنْهَا غَٰفِلِينَ Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayatKu, mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya. Surat Al-A’raf Ayat 146 ٱلَّذِينَ يُجَٰدِلُونَ فِىٓ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَٰنٍ أَتَىٰهُمْ ۖ كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ وَعِندَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ۚ كَذَٰلِكَ يَطْبَعُ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ Yaitu orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan bagi mereka di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang. Surat Al-Mu’min Ayat 35 Kedua, orang yang sombong atau angkuh dimurkai dan dibenci oleh Allah SWT. لَا جَرَمَ أَنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْتَكْبِرِينَ Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. Surat An-Nahl Ayat 23 Dialog antara Nabi Musa Alaihissalam dengan Allah SWT. Nabi Musa mengatakan, Wahai Tuhanku, siapakah makhluk-Mu yang paling Engkau benci?" Allah Ta'ala menjawab, "Orang yang sombong, kasar lidahnya, memalingkan pandangan dari kebenaran, bakhil tangannya dan buruk perangainya." Ketiga, orang yang sombong akan mendapat penghinaan dan siksa di dunia maupun akhirat. Hatim berkata, "Hindarilah bertemu kematian dalam tiga keadaan yaitu sombong, rakus dan angkuh. Orang yang sombong itu tidak akan bertemu kematian sebelum ia dihinakan oleh keluarga, kerabat dan para pelayannya. Sedangkan orang yang rakus ia tidak menemui kematian sebelum hidup dalam kekurangan makanan dan minuman. Bagi orang yang angkuh tidak dikeluarkan oleh Allah Ta'ala dari dunia ini sebelum ia dilumuri oleh kencing serta kotoran sendiri." Hatim juga mengatakan, siapa saja yang bersikap sombong atas sesuatu yang tidak dibenarkan, maka Allah Ta'ala akan mewariskan kepadanya kehinaan yang tidak ada kebaikan sedikitpun padanya. Keempat, orang yang sombong dan angkuh akan mendapat balasan neraka dan azab yang amat pedih di akhirat kelak. Allah SWT pernah berfirman dalam hadis qudsi. "Kesombongan ini adalah pakaian kebesaran-Ku dan keagungan itu adalah kain penghias-Ku. Oleh karena itu, siapa saja yang menyaingi Aku pada salah satu dari keduanya, maka Aku akan memasukannya ke dalam Neraka Jahanam." Keagungan dan kesombongan itu adalah sifat khusus bagi Allah SWT. Maka itu, keagungan dan kesombongan tidak pantas disandang oleh selain-Nya. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
Sejatinya Allah SWT tidak menyukai kesombongan dalam bentuk apa pun. Oleh Hermansyah SEJATINYA sombong adalah menyakit hati. “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang HR. Muslim. Penolakan terhadap kebenaran dan meremehkan orang lain itu muculnya dalam hati. Kadang diekspresikan dan diketahui oleh orang lain. Namun bisa juga terpendam dalam hati seseorang. Karenanya yang paling tahu sombong dan tidaknya seseorang hanya Allah dan yang bersangkutan. Agen spiritual kesombongan adalah Iblis. Iblis tahu dan percaya adanya Allah. Iblis tahu bahwa Allah pencipta dan pengatur alam semesta. Namun karena melihat asal kejadiannya dari api yang dianggap lebih baik dari asal kejadian Adam yang dari tanah telah menjadikan Iblis sebagai makhluk yang sombong. Kesombongan itu menyebabkan ia durhaka atas perintah Sang Penciptanya, Allah SWT. Allah berfirman “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada Adam di waktu Aku menyuruhmu?” Iblis menjawab, “Saya lebih baik daripadanya Engkau ciptakan saya dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah” [QS. Al-A’raf 12]. Karena pembangkangan ini Iblis dihukum Allah “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang QS al-A’raf 13. Di antara pelajaran yang bisa diambil dari sini antara lain, percaya dan tahu adanya Allah tidak cukup. Iman memerlukan aksi, dalam hal ini ketaatan kepada Yang Dipercaya. Orang yang beriman kepada Allah adalah mereka yang rendah diri di hadapan-Nya dan rendah hati di hadapan sesama. Warisan kesombongan Iblis pada manusia dalam bentuk tradisional bisa wujud berupa pengagungan berlebihan terhadap unsur-unsur primordialisme seperti asal usul, keturunan, etnik, dan budaya. Dalam bentuk modernnya bisa berupa rasa superioritas dalam hal paham, organisasi,  kelompok sendiri, atau bahkan ilmu dan ibadahnya dikuasainya. Akibatnya manusia kehilangan rasionalitas dan objektivitas. Mereka menolak kebenaran di luar mereka. Firman-Nya “Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan mereka, padahal hati mereka meyakini kebenarannya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat [QS. An-Naml 14]. Ekspresi kesombongan bisa muncul dalam wajah yang beragam. Dalam hubungan antar individu mungkin akan terlihat pada pembatasan pergaulan karena merasa dirinya berada pada strata yang lebih tinggi dan menganggap yang lain lebih rendah. Kalau berkuasa maka unsur-unsur yang membentuk rasa superioritasnya yang lebih dominan dalam menjalankan dan mempertahankan kekuasaannya. Ketika kesombongan bersatu dengan kerakusan maka akan muncul menjadi kekuatan  yang otoriter, baik sosok maupun kelompok. Perkataan dan perbuatan dan perbuatannya adalah hukum. Agen historis utama yang dijadikan contoh dalam kesombongan karena kekuasaan adalah Fir’aun. Kekuasaan telah menumpulkan nuraninya, sehingga seolah-olah apapun bisa dan boleh dilakukannya sebagaimana digambarkan dalam surah al-Zukhruf ayat 51 “Dan Fir’aun berseru kepada kaumnya seraya berkata “Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan bukankah sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihatnya?” Kekuasaan yang besar telah melahirkan kesombongan “Dan berlaku sombonglah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami” [QS. Al-Qasas 38]. Karena keinginan untuk dinilai sebagai orang yang pandai dan berilmu juga dapat mengantarkan manusia kepada kesombongan “Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai pada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah keinginan akan kesombongan yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” [QS. Ghafir 56]. Hanya Allah yang berhak untuk sombong, karena Dialah pemilik segalanya. Manusia dan makhluk lain hanya dititipi; harta benda, kekuatan, kekuasaan, ilmu, kemampuan beribadah, kepintaran, bahkan kehidupan itu sendiri. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah SWT berfirman “Keagungan adalah Kain-Ku dan kesombongan adalah Pakaian-Ku. Siapa yang menyaingi Aku dalam salah satunya, Aku pasti akan HR. Muslim. Karenanya  wajar balasan dari kesombongan adalah neraka. Haritsah bin Wahb berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda “Maukah kalian aku beri tahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang kasar, rakus, dan HR Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat lain dinyatakan, “Dari Abdullah bin Mas’ûd, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang ada kesombongan seberat zarrah di dalam Seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya semua orang senang bajunya bagus, sandalnya bagus, apakah itu kesombongan?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya Allâh Maha Indah dan menyintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR. Muslim] Malangnya, akibat kesombongan itu juga ditimpakan kepada para pendukungnya “Dan mereka semuanya di padang Mahsyar akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong “Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah walaupun sedikit saja? Mereka menjawab “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan [QS. Ibrahim 21].** *Penulis, Dosen IAIN Pontianak. Oleh Hermansyah SEJATINYA sombong adalah menyakit hati. “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang HR. Muslim. Penolakan terhadap kebenaran dan meremehkan orang lain itu muculnya dalam hati. Kadang diekspresikan dan diketahui oleh orang lain. Namun bisa juga terpendam dalam hati seseorang. Karenanya yang paling tahu sombong dan tidaknya seseorang hanya Allah dan yang bersangkutan. Agen spiritual kesombongan adalah Iblis. Iblis tahu dan percaya adanya Allah. Iblis tahu bahwa Allah pencipta dan pengatur alam semesta. Namun karena melihat asal kejadiannya dari api yang dianggap lebih baik dari asal kejadian Adam yang dari tanah telah menjadikan Iblis sebagai makhluk yang sombong. Kesombongan itu menyebabkan ia durhaka atas perintah Sang Penciptanya, Allah SWT. Allah berfirman “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada Adam di waktu Aku menyuruhmu?” Iblis menjawab, “Saya lebih baik daripadanya Engkau ciptakan saya dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah” [QS. Al-A’raf 12]. Karena pembangkangan ini Iblis dihukum Allah “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang QS al-A’raf 13. Di antara pelajaran yang bisa diambil dari sini antara lain, percaya dan tahu adanya Allah tidak cukup. Iman memerlukan aksi, dalam hal ini ketaatan kepada Yang Dipercaya. Orang yang beriman kepada Allah adalah mereka yang rendah diri di hadapan-Nya dan rendah hati di hadapan sesama. Warisan kesombongan Iblis pada manusia dalam bentuk tradisional bisa wujud berupa pengagungan berlebihan terhadap unsur-unsur primordialisme seperti asal usul, keturunan, etnik, dan budaya. Dalam bentuk modernnya bisa berupa rasa superioritas dalam hal paham, organisasi,  kelompok sendiri, atau bahkan ilmu dan ibadahnya dikuasainya. Akibatnya manusia kehilangan rasionalitas dan objektivitas. Mereka menolak kebenaran di luar mereka. Firman-Nya “Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan mereka, padahal hati mereka meyakini kebenarannya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat [QS. An-Naml 14]. Ekspresi kesombongan bisa muncul dalam wajah yang beragam. Dalam hubungan antar individu mungkin akan terlihat pada pembatasan pergaulan karena merasa dirinya berada pada strata yang lebih tinggi dan menganggap yang lain lebih rendah. Kalau berkuasa maka unsur-unsur yang membentuk rasa superioritasnya yang lebih dominan dalam menjalankan dan mempertahankan kekuasaannya. Ketika kesombongan bersatu dengan kerakusan maka akan muncul menjadi kekuatan  yang otoriter, baik sosok maupun kelompok. Perkataan dan perbuatan dan perbuatannya adalah hukum. Agen historis utama yang dijadikan contoh dalam kesombongan karena kekuasaan adalah Fir’aun. Kekuasaan telah menumpulkan nuraninya, sehingga seolah-olah apapun bisa dan boleh dilakukannya sebagaimana digambarkan dalam surah al-Zukhruf ayat 51 “Dan Fir’aun berseru kepada kaumnya seraya berkata “Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan bukankah sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihatnya?” Kekuasaan yang besar telah melahirkan kesombongan “Dan berlaku sombonglah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami” [QS. Al-Qasas 38]. Karena keinginan untuk dinilai sebagai orang yang pandai dan berilmu juga dapat mengantarkan manusia kepada kesombongan “Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai pada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah keinginan akan kesombongan yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” [QS. Ghafir 56]. Hanya Allah yang berhak untuk sombong, karena Dialah pemilik segalanya. Manusia dan makhluk lain hanya dititipi; harta benda, kekuatan, kekuasaan, ilmu, kemampuan beribadah, kepintaran, bahkan kehidupan itu sendiri. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah SWT berfirman “Keagungan adalah Kain-Ku dan kesombongan adalah Pakaian-Ku. Siapa yang menyaingi Aku dalam salah satunya, Aku pasti akan HR. Muslim. Karenanya  wajar balasan dari kesombongan adalah neraka. Haritsah bin Wahb berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda “Maukah kalian aku beri tahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang kasar, rakus, dan HR Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat lain dinyatakan, “Dari Abdullah bin Mas’ûd, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang ada kesombongan seberat zarrah di dalam Seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya semua orang senang bajunya bagus, sandalnya bagus, apakah itu kesombongan?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya Allâh Maha Indah dan menyintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR. Muslim] Malangnya, akibat kesombongan itu juga ditimpakan kepada para pendukungnya “Dan mereka semuanya di padang Mahsyar akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong “Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah walaupun sedikit saja? Mereka menjawab “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan [QS. Ibrahim 21].** *Penulis, Dosen IAIN Pontianak.
Sunday13 Zulqaidah 1443 / 12 June 2022 Jadwal Shalat. Mode Layar
Tidak ada yang perlu kamu sombongkan dalam hidup ini. Hanya perlu ikhlas dan melewatinya dengan bahagia. Jika kamu ingin dilihat orang lain dan mengharapkan pujian lebih baik, ubah pola pikir itu sekarang. Karena sebuah pujian bukan diminta tetapi datang sendiri akibat karakter baik kamu. Nah, berikut ini ketahui 5 dampak negatif karena kamu memiliki sifat sombong. 1. Orang lain akan sulit menghargai kamuPexels/Daria ShevtsovaSombong itu sifat yang dapat menjerumuskan diri kamu sendiri. Karena membuat kamu menjadi sulit dihargai oleh orang lain. Sebelum kamu berhenti untuk membanggakan diri dan menjelekkan orang lain maka, orang lain juga sulit menghargai kamu. Jadi untuk apa terus mempertahankan sifat buruk jika itu merugikan diri. 2. Tidak mendapat kebahagiaan dalam hidupPexels/Moose PhotosSombong merupakan sifat yang harus kamu buang sekarang karena akan membuat kebahagiaan dalam hidup hilang. Bahagia itu sangat sederhana tapi akibat kamu sombong dan semua begitu jadi rumit. Kamu ingin bahagia tapi dengan cara yang salah, dan cobalah untuk menerima dirimu dengan apa adanya. Baca Juga Tanpa Disadari, Ini 5 Tanda Kalau Kamu Sebenarnya Orang yang Sombong 3. Sulit mencapai kesuksesan Pexels/Andrew NeelKetika sombong kamu merasa bahwa dirimu lebih baik, bahagia, dan bergelimpangan. Padahal semua itu terjadi hanya dari sudut pandang kamu saja. Bagi orang lain kamu sangat sombong dan tidak ada yang diharapkan dari dirimu. Alhasil, hal besar saja seperti kesuksesan akan sulit terjadi dalam hidup kamu. 4. Kamu suka jadi bahan gosip orang sekitarUnsplash/Ben WhiteOrang sombong pasti sering menjadi bahan gosip dan itu pasti kamu tidak nyaman. Jangan sampai kesombongan bisa menghancurkan masa depan kamu. Karena ketika kamu terkenal oleh sebab hal buruk pasti hidup ke depannya sangat sulit. Jadi tidak salah untuk kamu berubah agar semua hal itu tidak terjadi. 5. Akan sering mengalami penolakanPexels/Kat JayneCoba kamu bayangkan, sampai kapan kamu terus mempertahankan sifat sombong ini. Jika orang yang rendah hati saja masih sering mengalami penolakan bagaimana dengan kamu. Belajar untuk berubah dan menerima diri kamu dengan apa adanya. Itu akan sangat membantu kamu agar diterima oleh orang sekitar. Terkadang untuk melihat kelemahan diri sendiri sangat sulit. Dan jika saat ini ada orang yang menasihati kamu untuk berubah, lebih baik segera berubah. Karena itu juga demi kebaikan dan masa depan kamu. Baca Juga 5 Makna Mendalam di Balik Anjuran Jangan Sombong IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Merendahkandiri pada orang yang tidak layak dibegitukan hanya akan membuat dia menjelma menjadi orang sombong yang tidak tahu diri. Saya berulangkali membuktikan di

Sikap percaya diri merupakan salah satu kepribadian penting yang perlu kamu miliki untuk bisa meraih kesuksesan. Namun sayangnya, sikap ini memiliki perbedaan yang cukup tipis dengan perilaku sombong sehingga kerap disalahartikan oleh orang lain. Jika tidak berhati-hati pun, seseorang yang ingin menumbuhkan sikap percaya diri justru menunjukkan kesombongan yang membuatnya jadi tidak disukai oleh orang-orang di sekitarnya. Agar kamu tidak salah menilai orang dan juga tidak terjerumus ke dalam sifat sombong, berikut adalah perbedaannya dengan sikap percaya diri yang perlu kamu pahami. Perbedaan dari Sikap Percaya Diri dan Sombong 1. Perbedaan dalam Pola Pikir Orang yang memiliki kepercayaan diri cenderung lebih fokus dengan pencapaian dirinya sendiri, tanpa perlu membanding-bandingkannya dengan orang lain. Mereka memiliki keyakinan bahwa mereka bisa melakukan suatu hal dengan baik tanpa merendahkan kemampuan orang lain. Sedangkan orang yang sombong akan menganggap dirinya adalah yang terbaik dengan mencari perbandingan untuk menunjukkan kemampuannya. Mereka seakan mengalami kepuasan jika bisa membuat orang lain merasa lebih rendah dibandingkan mereka. Orang yang sombong akan tampak mencari-cari validasi atas kemampuannya dari orang lain, sedangkan orang yang percaya diri akan fokus pada pemikirannya sendiri untuk melakukan yang terbaik. 2. Perbedaan dalam Menanggapi Pencapaian Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa orang yang sombong senang mencari validasi dari orang lain akan kehebatannya, sehingga mereka cenderung suka melebih-lebihkan dan menggembar-gemborkan mengenai pencapaian yang telah mereka raih. Mereka akan menceritakan segala kesuksesannya kepada orang lain agar orang-orang mengetahui kemampuannya. Orang yang memiliki sifat sombong baru akan merasa bangga jika ada orang lain yang terkesan atau kagum kepada dirinya. Sebaliknya, orang yang percaya diri tidak membutuhkan validasi dari orang lain dan sudah merasa puas akan pencapaiannya sendiri. Ketika meraih sebuah kesuksesan bahkan sekecil apapun, orang yang percaya diri akan merasa senang dan mensyukuri penghargaan tersebut untuk semakin mengembangkan diri tanpa perlu menceritakannya secara berlebihan kepada orang lain. 3. Perbedaan dalam Menghadapi Kritik Orang yang sombong selalu merasa bahwa dirinyalah yang paling benar, sehingga tidak senang jika ada orang yang memberi kritik atau masukan kepadanya. Mereka akan menolak mentah-mentah pendapat yang diberikan oleh orang lain dan bersikukuh mempertahankan pendapatnya sendiri. Hal ini berbeda dengan orang yang memiliki sikap percaya diri. Mereka biasanya memiliki pikiran yang lebih terbuka dan menganggap kritik sebagai masukan yang bisa membangun mereka agar menjadi individu yang lebih baik lagi. Meskipun memiliki keyakinan akan kemampuannya, namun orang yang percaya diri juga tidak mudah merasa puas dan memiliki kegigihan untuk terus meningkatkan kualitas diri. 4. Perbedaan Saat Mengalami Kegagalan Orang yang memiliki sikap percaya diri bisa memaknai sebuah kegagalan dengan lebih bijak, sehingga mereka biasanya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bangkit kembali. Mereka memahami bahwa kegagalan merupakan hal manusiawi yang dialami oleh setiap orang dan menggunakannya sebagai pembelajaran berharga untuk semakin berkembang. Namun, bagi seseorang yang memiliki sifat sombong, kegagalan merupakan suatu hal yang memalukan dan bisa membuat mereka merasa terpuruk. Pikiran mereka biasanya akan dipenuhi dengan persepsi negatif bahwa orang-orang sedang menertawakan kegagalannya, meskipun pada kenyataannya tidak ada yang melakukan hal tersebut. Mereka akan sulit menemukan motivasi dari dalam diri untuk bisa bangkit kembali karena selama ini validasi dari orang lain lah yang membuat mereka senang. Nah, itulah beberapa perbedaan dari sikap percaya diri dan sombong, apakah kamu bisa mengidentifikasi kamu termasuk yang mana? Buku Percaya Diri Harga Mati yang ditulis oleh Denieda Fanun akan membantu kamu untuk mengenali diri dan mendorong agar kamu memiliki sikap percaya diri yang dibutuhkan untuk bisa mencapai kesuksesan. Menurut penulis, salah satu hal penting yang membedakan seseorang yang memiliki sikap percaya diri adalah mereka bisa melihat kesempatan dari setiap kesulitan yang dialami. Sebelum membahas mengenai tips untuk membangun rasa percaya diri, penulis terlebih dahulu akan mengenalkan kamu kepada empat tipe kepribadian, yaitu sanguin, koleris, melankolis, dan plegmatis. Dengan mengenali tipe kepribadian yang kamu miliki, maka akan lebih mudah bagi kamu untuk bisa mencari penyebab dari rasa minder yang membuat kamu menjadi seseorang yang tidak percaya diri. Setelah mengetahui penyebabnya, barulah kamu bisa menangani dan mengatasi perasaan tidak percaya diri yang selama ini kamu miliki dengan melakukan langkah-langkah yang dibagikan di dalam buku. Kamu bisa mendapatkan buku Percaya Diri Harga Mati ini dengan mudah di Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya. promo diskon

Namun ada tiga (3) jenis kesombongan yang perlu untuk diketahui agar kita terhindar daripadanya, yakni: Sifat Sombong 1. Sombong terhadap Allah. Merupakan keadaan atau penyakit sombong yang paling parah karena seseorang yang sombong kepada Allah SWT, artinya ia menolak dan tidak taat kepada Allah SWT. Orang yang memiliki sifat sombong atau
Jakarta - Sikap sombong adalah mengagungkan diri seraya meremehkan dan merendahkan orang lain. Mari kita simak firman-Nya dalam surah Luqman ayat 18 yang artinya, " Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia karena sombong dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri."ayat ini merupakan nasihat Lukman al-Hakim kepada anaknya agar berakhlak dan memiliki sopan santun ketika berinteraksi dengan sesama manusia. Itulah indahnya ajaran Islam, berinteraksi dengan orang lain saja hendaknya berakhlak. Menghadapi seseorang interaksi dengan wajah berseri dan rendah hati, janganlah berjalan di muka bumi ini dengan angkuh, namun berjalanlah dengan lemah lembut dan seseorang mendapatkan popularitas, jabatan atau kedudukan yang tinggi, dan memperoleh harta yang berlimpah biasanya ia berpotensi untuk bersikap sombong dan angkuh. Ini disebabkan oleh kurangnya kontrol diri dan hati setelah memperoleh anugerah dari Allah Swt. Akibatnya, ia kadangkala merasa superior dibandingkan orang lain atau bahkan menghina orang lain dengan segala yang dimilikinya. Baru-baru ini kita dipertontonkan seorang anak muda yang bangga dan pamer terhadap harta kekayaan milik orang tuanya. Kebanggaan terhadap harta itu fana, sangat mudah sekali bagi Sang Pemberi untuk mengambil lagi segala pemberian-Nya. Pamer itu merupakan tindakan menyombongkan diri dengan menilai dirinya lebih baik daripada orang lain. Bahayanya bagi yang menyombongkan diri itu tidak mau menerima kebenaran dari orang lain karena menganggap dirinya yang benar. Sebetulnya orang sombong itu dalam hatinya tahu orang lain itu benar. Biasanya orang yang takabur pada sesama bisa mendorong takabur pada Sang Pencipta. Maka janganlah sekali-kali melihat diri lebih baik dari orang lain, apalagi dengan motivasi untuk merendahkan dan meremehkan, atau orang yang menolak kebenaran sementara ia tahu itu adalah kebenaran, itulah sikap takabur pada dasarnya kesombongan itu adalah pengagungan. Dan pada hakikatnya kesombongan itu congkak, merendahkan orang lain dan tidak menerima kebenaran padahal ia tahu perihal kebenaran itu. Pengagungan terhadap dirinya itu perbuatan yang yang dibenci-Nya. Beberapa firman-Nya dan hadis Rasulullah Saw 1. Surah an-Nahl ayat 23, "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong."2. Surat Ghafir ayat 36, "Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang."3. Ibn Mas'ud meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Tidaklah masuk neraka orang yang dalam hatinya terdapat iman kendati hanya sebesar biji sawi, dan tidaklah masuk surga orang yang dalam kalbunya terdapat kesombongan kendati hanya sebesar biji sawi." Muslim .Inilah petunjuk bagi kita agar dengan serius untuk tidak bersikap sombong, karena sekecil biji sawi saja membuat seseorang tidak bisa masuk surga. Pendorong seseorang menjadi sombong yang sering dijumpai adalah O. Saat mendapatkan kedudukan. Menjadikan orang tersebut berubah sikap dari sebelumnya. Mestinya dipahami bahwa posisinya itu bukan kekal selamanya, karena ketika anugerah tadi ditarik pemberi-Nya maka ia akan kembali menjadi orang biasa. O. Ketika harta melimpah. Dengan keadaan seperti ini, seakan dunia di tangannya. Pada tahap ini seseorang yang jauh dari iman, ia akan merasa apa saja bisa dilakukan. Ia lupa bahwa kekayaan itu bukan dari upayanya namun itu anugerah Allah Swt. Kesombongan atas harta ini membuat seseorang mudah terpleset. O. Bisa juga datang dari keilmuannya. Biasanya jika ia merasa keilmuannya lebih tinggi, maka ia akan bersikap meremehkan pada orang yang keilmuannya lebih Dari ketaatannya. Ketika seseorang merasa kalah tingkat secara lahir sisi kedudukan, maupun harta kekayaan , maka ia bergumam, "Belum tentu saya kalah dibanding si Fulan meskipun dia berharta dan berkedudukan? Saya tentu lebih tinggi di hadapan-Nya karena saya taat beribadah."Ini sudah menampakkan kesombongannya secara halus. Ketaatan yang dilakukan didorong rasa "kekalahannya" sehingga kurang ikhlas untuk beribadah karena Allah Sombong karena nasab. Kebanggaan terhadap keluhuran nasabnya yang menyebabkan perilaku merendahkan sesama adalah tindakan sia-sia. Justru kehebatan leluhur itu untuk memacu berprestasi lebih baik bukan mengagungkannya tanpa sikap sombong yang harus kita semua hindari, penulis tutup dengan senandung syair Pengagungan diri seraya sombong, kelebihan berbangga pada ilmunya, menuju sikap meremehkan pada yang pada kekayaan, menjadikan sombong akan harta, puaskan kau ? Hartamu itu Sang Kuasa tentukan, hartamu sirna dan menjadi berilmu, kadang tinggi akan mencela, bagi yang nasihat dengan tinggi diperintah melakukan kebenaran, ia akan diskusi, ia merendahkan pada yang tidak menenuhi ibarat dari langit, suci, bersih dan berbuah yg manis menjadi tambah pahit tambah turun pada orang yang sombong, maka ia akan makin turun pada yang tawadu', maka tambah tawadu'.Sombong akan sirna, jika ingat asal lumpur berasal dari tempat kotor air mani .Ingatlah kau, dari tiada menjadi Allah tuli, menjadikan bisu, menjadikan berbicara kau lahir lemah, dengan akal kau kuasai ilmu ilmu kau menjadi dasarnya kesombongan itu kesombongan adalah sikap ini, ingatlah firman-firman Allah yang kesombongan dan keagungan, semata milik Allah RofiqKetua DPP PPP periode 2020-2025Ketua Dewan Pembina HIPSI Himpunan Pengusaha Santri IndonesiaArtikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. Terimakasih - RedaksiSimak Video "Jaga Kearifan Lokal, Masjid Al-Hikmah Dibangun dengan Nuansa Khas Bali" [GambasVideo 20detik] erd/erd
Sebuahsifat yang diwariskan iblis untuk menggoda manusia hingga manusia terjerumus ke lubang kehinaan. “Kesombongan atas orang yang sombong adalah sedekah.”. “Kesombongan atas orang yang sombong adalah kebaikan.”. Penyataan di atas bukanlah hadits, melainkan qaul (perkataan) ulama, salah satunya adalah sebagaimana diucapkan
Ilustrasi sikap sombong dalam Islam. Foto pixabaySombong adalah perasaan angkuh yang dimiliki oleh seseorang, sehingga membuatnya merasa lebih hebat dan berkuasa daripada orang lain. Pada dasarnya, sikap sombong adalah emosi internal, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah yang artinya“Tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah keinginan akan kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya.” al-Mu’min 56Perilaku yang menampakkan kebesaran dan kekuasaan seseorang masuk dalam kategori sombong. Abu Hamid al-Ghazali telah membagi sombong ke dalam dua jenis, yakni sombong dalam diri batiniyah dan sombong yang ditampakkan lahiriyah.Pada dasarnya, sikap sombong bermuara dari dalam diri seseorang. Bagaimana penjelasan tentang sikap sombong dalam Islam? Simak artikel berikut untuk mengetahui dalam IslamDijelaskan dalam buku Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam susunan Muhammad Izzudin 2006, definisi sombong pada dasarnya adalah aktivitas batin dalam diri manusia. Sedangkan perbuatan yang tampak hanyalah implikasi sikap sombong. Foto pixabayAbu Hamid Al-Ghazali menyebutkan bahwa rasa sombong dalam diri akan memicu aktivitas fisik. Jika sombong telah ditampakkan, maka itu disebut sebagai takabur, namun bila hanya ada dalam diri disebut sebagai dasarnya, suatu kesombongan berasal dari persepsi seseorang yang mengklaim kehebatannya. Orang yang sombong pasti memiliki sesuatu yang bisa disombongkan mutakbbir bihi dan memiliki segmen yang harus diperlihatkan kesombongannya mutakbbir alaih.Seperti disebutkan sebelumnya, sombong terbagi menjadi dua jenis, yaitu batiniyah dan lahiriyah. Sombong batiniyah adalah sombong yang diciptakan oleh seseorang dalam dirinya, sedangkan sombong lahiriyah adalah perasaan angkuh yang disertai dengan perilaku sombong batiniyah tidak ditampakkan, sedangkan sombong lahiriyah ditampakkan. Keduanya sama-sama menunjukkan perilaku tercela yang dilarang dalam banyak dalil shahih tentang larangan bersikap sombong. Salah satunya adalah firman Allah SWT dalam Surat Al-Isra ayat 37 yang artinya“Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.”Ilustrasi sombong. Foto pixabayDalam buku 10 Azab Wanita yang Disaksikan Rasulullah karya El-Hosniah 2016 disebutkan bahwa Rasulullah SAW melarang umatnya untuk bersikap sombong atau takabur. Sebab, sifat tercela ini bisa merusak keimanan yang bersikap takabur akan selalu berprasangka buruk terhadap orang lain dan merasa hanya dirinya lah yang paling benar, paling mulia, serta dapat melakukan segala hal. Sementara orang lain hanya dianggap kecil, hina, rendah, dan tidak mampu berbuat hanya kebenaran dari manusia yang ia tolak, namun perintah dan larangan Allah SWT pun ia ingkari. Ia enggan menjalankan perintah-Nya dan tidak menjauhi dibiarkan, sifat takabur bisa memunculkan sifat ujub, yaitu kagum terhadap diri sendiri, sering membangga-banggakan diri, sehingga merasa lebih baik dan unggul dari orang lain. Sifat ini bisa mendatangkan murka Allah yang dimaksud dengan sikap sombong?Apakah sikap sombong diperbolehkan dalam Islam?Apa saja jenis sikap sombong? . 390 139 50 29 7 411 484 344

sombong terhadap orang sombong